resensi buku : The Giving Tree

Judul Buku : The Giving Tree
Penulis : Shel Silverstein
Jumlah Hal. : 30 Halaman (e-book)
Resensi oleh : Winda Lestari
Tanggal : 13 Februari 2015

Memberilah tanpa mengharapkan balasan. Buku dengan sampul yang dominan berwarna hijau ini hanya bertuliskan sedikit kata-kata namun memiliki banyak makna. Berkisah tentang persahabatan satu pohon dan seorang anak yang kian beranjak dewasa.
Ada pohon apel besar yang sungguh menyayangi seorang anak, ana tersebut dating mengunjunginya seiap hari. Pohon itu menjatuhkan daunnya yang kemudian dikumpulkan oleh anak tersebut, daun-daun itu dijadikannya mahkota dan dia bemain menjadi penguasa hutan dengan mahkota daun yang terpasang di kepalanya. Anak itu menaiki batang pohon, memakan apel, bermain petak umpet, dan melakukan permainan-permainan lainnya dengan pohon apel tersebut. Ketika dia suda lelah, dia beristirahat di pohon apel tersebut dan ohon melindunginya dengan bayangannya agar anak itu tidak terkena terik sinar matahari. Anak itu sangat menyayangi pohon apel itu, dan pohon pun sangat bahagia.
Waktu terus berlalu, anak pun kini beranjak menjadi remaja dan meninggalkan pohon tersebut. Suatu ketika anak yang beranjak dewasa itu mendatangi pohon apel kembali. Pohon apel berkata, “Ayolah, naik ke tubuhku dan berayunlah di batang, bermainlah dibawah bayanganku dan berbahagialah.” Pria itu berkata, “tubuhku terlalu besar untuk bermain, aku ingin membeli sesuatu dan bersnang-senang. Aku ingin uang. Bisakah kau memberikanku uang?” Pohon berkata, “maafkan aku, aku tidak memiliki uang. Aku hanya memiliki daun dan apel. Ambillah apelku dan jualah ke kota, kau akan mendapatkan uang dan berbahagia.” Pria tersebut mengambil habis apelnya dan kemudian pergi. Pohon itu pun bahagia
Hal tersebut terus berlajut sampai sang pohon habis semua batang dan tubuhnya hingga bersisa akar, semuanya diberikan kepada pria tersebut. Pohon itu pun terasa bahagia. Setelah lama pria itu tidak kembali, akhirnya suatu ketika dia datang kembali dan berbicara kepada pohon, pohon itu sedih karena tidak ada lagi setikitpun bagiannya yang bisa diberikan kepada pria tersebut. Pria yang kini sudah sangat tua itu berkata bahwa kini diatidak membutuhkan apapun, dia hanya ingin istirahat. Pohon pun berkata, “kalau begitu duduklah di akarku dan beristirahatlah.” Pria tua itu menuruti ucapan si pohon dan beiau duduk disana. Pohon itu pun bahagia.
Cerita ini mengisahkan pemberian tanpa batas dan tanpa mengharapkan kembali dari si pohon terhadap si anak. Seperti menceritakan kisan orang tua yang sangat menyayangi anaknya, memberikan kasih tanpa pamrih, tetap merasa bahagia tanpa memiliki pikiran buruk.

Comments

Popular posts from this blog

resensi buku : surat kopi - joko pinurbo

Menitipkan Matahari