resensi buku : surat kopi - joko pinurbo

Judul Buku : Surat Kopi
Penulis : Joko Pinurbo
Jumlah Hal. : 53 Halaman
Resensi oleh : Winda Lestari
Tanggal : 13 Februari 2015

Surat Kopi. Kopi diambil dari Jo(KO PI)nurbo pengarang buku puisi dengan sampul bergambar tetesan air kopi yang sungguh menarik perhatian bagi siapapun yang melihatnya. Hal yang lebih menarik lagi adalah, saya tidak pernah tertarik dengan puisi. Peristiwa yang aneh bagi saya untuk membaca buku ini.
Suatu ketika teman dunia maya saya, yang kini menjadi teman hidup saya, mengirimkan pesan suara yang berisi bait-bait puisi indah dengan iringan suara gitar yang merdu. Puisi siapa ini? Oh, ternyata sang pujangga tersebut bernama Joko Pinurbo. Teman saya tersebut meminjamkan kepada saya buku kumpulan puisi yang dibuat oleh Joko Pinurbo, buku itu berjudul surat kopi.
Hari ini aku menulis lagi.
Banyak sepi berwajah baru di sini.
Banyak rindu belum kutandatangani.
Bait tersebut terpampang di halaman pertama Surat Kopi, dengan judul Menulis Lagi. Banyak puisi yang menarik perhatian saya, kadang kalimat yang tertulis sangatlah lucu, kadang memberikan kesan mendalam. Judul-judul puisi pun kebanyakan hanya satu kata yang sederhana seperti ; banjir, kepala, jangan, hilang, Minggu, dan masih banyak judul lainnya. Berikut bait puisi indah yang sederhana, tidak pernah terpikirkan untuk seorang yang tidak pernah membuat puisi seperti saya. Puisi ini berjudul Akhir Pekan,
Tuhan menciptakan pegal di punggungmu di hari Sabtu,
menjadikannya linu di hari Minggu,
dan menyembuhkannya di hari Rindu.
Ada puisi lucu yang berjudul Salam, mungkin puisi ini lebih mengena jika dibacakan kepada orang yang sedang mengalami keadaan tersebut. Puisi Salam berbunyi seperti ini,
Keluarga besar hujan
mengucapkan selamat malam Minggu
kepada para jomblo yang rentan rindu.

Pengalaman baru yang unik bagi saya untuk membaca buku puisi. Hal ini menyadarkan saya untuk tidak menghindari jenis buku bacaan apapun yang menurut saya tidak akan mungkin menyenangkan jika membacanya. Paradigma kini berubah dan saya mulai tertarik untuk membaca jenis buku yang berbeda dengan dengan bacaan sebelumnya, seperti buku puisi ini ☺

Comments

Popular posts from this blog

resensi buku : The Giving Tree

Menitipkan Matahari