Matahari yang Tidak Pernah Kapok

Audzubillahiminasyaitonirojim Bismillahirahmanirohim

Sudah dua kali buwin berkeliling komplek dengan Matahari sambil membawa sepeda plastik milik kakak bentang. Kali ini Ayah Herry berpesan, "hati-hati".

Lebih tepatnya Matahari yang membawa sepedanya dan sesekali buwin jongkok untuk mengarahkannya ke pinggir jika ada kendaraan yang lewat. Ketika buwin jongkok, rasanya seram sekali melihat jalanan dari sudut pandangnya yg sedang duduk bersepeda. Mobil, pohon, dan orang-orang di sekitar menjadi amat besar. Tetapi ia santai-santai saja berjalan dan berkonsentrasi "menyeret" sepedanya di jalan yang berbatu. (istilah apa ya yg sebaiknya digunakan ya jika belum bisa mengayuh sepeda?).

"Wah, Matahari sangat pemberani," pikir buwin yang diam-diam membanggakan anaknya sendiri. (haha)

Matahari cukup sering terjatuh ketika mengendarai sepeda di rumah. Jatuhnya tidak main-main, ia benar-benar pernah "jatuh sejatuh-jatuhnya". Jatuh ke samping, ke depan, kemana-mana sampai lantai menghantam keras samping wajahnya. Ia pun pernah tersedu-sedu sangat lama dan tak bersuara sehabis terjatuh, namun hal itu tidak membuatnya kapok bersepeda.

Kali ini kejadian terjatuhnya Matahari terulang kembali. Namun kini ia terjatuh dengan posisi wajah yang menghadap langsung ke aspal! Waduhhh.. Perut buwin yang kini sangat besar membuat gerakan tubuh buwin menjadi kurang sigap untuk menangkapnya. Maka karena itulah kali ini wajahnya mendarat dengan mulus ke atas jalanan yang kasar, yang (untungnya) ketika itu kami sedang berada tepat di depan apotek.

Suara tangisan keras mulai terdengar. Buwin pun langsung menggendongnya masuk ke dalam apotek dan membeli obat.

Kebetulan di apotek pun menjual fitbar rasa buah-buahan. Yaa, untuk menenangkan Matahari yang sedang menangis karena terluka, kali ini buwin menyogoknya dengan memberikannya fitbar.

Kami pun duduk di dalam apotek sambil menunggunya mengunyah fitbar. Gigitan pertama masih disertai dengan bahu yang naik turun akibat kesakitan. Ia pun terus makan sambil buwin membersihkan debu-debu yang menempel dari tubuhnya akibat terjatuh. Buwin pun memperhatikan bawah hidungnya yang ternyata lecet berdarah-darah. Waahhh, buwin sangat merasa bersalah akibat kurang sigap tadi. Tapi diam-diam buwin senang ia mendapatkan pengalaman baru lagi dengan sepedanya. Buwin percaya bahwa di setiap kejatuhan sebenarnya menyimpan keahlian di masa depan, haha. (istilah macam apa itu).

Hal yang paling penting adalah fitbar menyelamatkan Matahari dari kesedihannya pagi tadi. Terima kasih fitbar! *kenapa jadi seperti iklan*

Setelah satu fitbar habis pun kami pulang berjalan kaki ke rumah nini. Tetap semangat untuk belajar ya, Matahari :)

Comments

Popular posts from this blog

resensi buku : surat kopi - joko pinurbo

resensi buku : The Giving Tree

Menitipkan Matahari