Perkembangan Matahari Memasuki Usia 21 Bulan

Audzubillahiminasyaitonirojim Bismillahirohmanirohim

Setelah mengetahui ada keterlambatan motorik kasar karena kesalahan pola asuh pada Matahari, ada beberapa hal lain yang turut saya usahakan untuk diubah. Beberapa halnya adalah sebagai berikut.

1. Melepas ketergantungannya dengan layar
Ketika usianya 1 tahun 1 bulan, tepatnya ketika saya hamil kedua, segala aturan memang menjadi kendor. Biasanya ia tidak pernah saya beri layar sama sekali, tetapi ternyata gadget sangat membantu saya dikala mual melanda. Ketika saya benar-benar lemas, video teletubbies lah yang menolong saya untuk menghiburnya (yang sayangnya malah membuat perkembangan bahasanya terhambat). Ia yang tadinya cukup aktif menggunakan sign language, jadi lebih memilih untuk ber aah-aah-uuh-uuh panik jika ingin sesuatu. Mungkin memang saya yang kurang konsisten juga menggunakan sign language. Namun waktu untuk belajarnya jadi banyak berkurang karena ada screen time tersebut. Maka karena itulah ketika usianya 19 bulan saya benar-benar memutuskan hubungannya dengan layar. Saat tersebut memang termasuk usia kritis untuk perkembangan bahasa. Kegiatan screen time kini diganti menjadi berjalan kaki di sekitar komplek. Kini ia sudah bisa berlari-lari dan sedang belajar melompat. Semangat terus ya, Matahari!

2. Rutin mengajak bicara
Tadinya saya memang cukup banyak diam jika sedang mengurus Matahari. Hanya kadang-kadang mengajaknya menggunakan sign language saja untuk segala keperluannya yang mendesak (beberapanya seperti makan dan minum). Namun karena screen time dihilangkan, saya mau tidak mau menjadi seorang tokoh penghibur utamanya (eh, salah :p hiburan nmr satu adalah ayahnya). Saya jadi rutin bercengkrama, berdoa bersama, membacakannya buku dan mengajaknya bernyanyi. Kini di usianya yang memasuki 21 bulan, ia sudah "lumayan" bisa berkomunikasi atau bercerita. Seperti contohnya tadi ia mengatakan "sawat.. tebang.. di atash" (pesawat terbang di atas) sambil memegang gambar pesawat dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Bahkan ia sudah bisa menimpali jika saya sedang bernyanyi lagu Indonesia Raya xD.

3. Belajar makan sendiri
Sama seperti poin nomor satu, tadinya ia memang selalu makan sendiri. Tapi karena sejak hamil saya jadi malas membereskan sisa makanannya yang sangat berantakan, jadilah ia terus saya suapi. Akhirnya kini ia mulai lagi makan sendiri dengan sendok. Kadang ia kesal dan memberikan sendoknya kepada saya, namun saya berupaya menyemangatinya dan membuat instruksi singkat mengenai cara menggunakan sendok. Tentunya dengan ekspresi wajah dan suara yang lebay agar menarik perhatiannya. Dengan cara tersebut ia pasti mau mencoba makan sendiri. Cara lebay yang dibubuhi cerita pun ternyata sangat efektif digunakan untuk membujuknya memakan sayuran atau buah. Ia akan makan terus menerus dengan tersenyum-senyum.

4. Melepas popok
Saya terganggu mendengar jawaban dokter tiwi ketika ada orang tua yang bertanya mengenai betapa susahnya anaknya untuk toilet training. Dokter tiwi hanya mengatakan, "sudah dicoba 10.000 kali?". Waduh, saya jadi merasa tersindir, hahhaha xD. Usaha saya memang ternyata belum sebanyak itu ya, maka memang saya dilarang untuk berputus asa. Walaupun belum konsisten melepas popoknya karena ada kejadian ia pup di jalan ketika tidak memakai popok. Tapi saya terus berusaha untuk lebih sering melepas popoknya sekarang (kecuali di luar rumah). Untuk buang air kecil, ia sudah bisa dikontrol untuk selalu pipis di toilet. Namun untuk urusan pup sayangnya masih sering dimana-mana .____. Tanda ingin pup beserta "keluarnya" benda tersebut berlangsung sangat cepat. Saya masih kurang gesit untuk mengajaknya ke toilet ketika sesi penting tersebut berlangsung .____.

Hmmm... Setelah diingat-ingat rasanya memang hanya 4 hal itu saja yang saya usahakan sekarang. Sedikit ya? Ah, tak apa. Ini termasuk pencapaian yang lumayan menurut saya (memuji diri sendiri daripada tidak ada yang memuji).

Haaahhh, perjuangan masih panjang untuk bisa menuntunnya mandiri. Semangat berjuang para pengasuh anak! xD

Comments

Popular posts from this blog

resensi buku : surat kopi - joko pinurbo

resensi buku : The Giving Tree

Menitipkan Matahari